Konawe Selatan, SastraNews.co.id– Keberagamaan agama di Kabupaten Konawe Selatan menjadi cerminan jika Konawe Selatan sebagai daerah Indonesia Mini yang ada di Sulawesi Tenggara. Itu dapat terlihat dengan perayaan Hari Raya Galungan bagi Umat Hindu di Kabupaten Konawe Selatan. Seperti, Warga Umat Hindu di Desa Jati Bali Kabupaten Konawe Selatan. Hari Raya Galungan menjadi sebuah perayaan penting dalam tradisi agama Hindu di Indonesia.
Salah satu Tokoh Pemuda Hindu Desa Jati Bali, I Ngurah Pandi Sentosa menilai Hari Raya Galungan adalah momen yang dinantikan dengan penuh antusiasme dan kegembiraan setiap tahunnya. Pada 2024, Hari Raya Galungan diperingati sebanyak dua kali. Pada Rabu, 28 Februari 2024 dan Rabu, 25 September 2024. I Ngurah Pandi Sentosa mengatakan Hari Raya Galungan datangnya setiap 6 bulan sekali kalender Bali.
“Seperti diketahui penanggalan atau kalender Bali setiap bulannya berjumlah 35 hari, sehingga Galungan datangnya setiap 210 hari sekali tepatnya pada hari Rabu (Budha) Kliwon Wuku Dungulan,” jelas Pandi sapaannya yang saat ini merayakan Hari Raya Galungan di Desa Jati Bali.Menurutnya, Perayaan Galungan disambut oleh umat Hindu dengan persiapan berbagai sarana untuk melakukan upacara persembahyangan.Dia mengatakan bukan hanya sekadar melakukan sembahyang, terdapat makna dan nilai-nilai yang terkandung pada perayaan yang suci ini.
Dikutip dari artikel ilmiah bertajuk “Makna Filosofi Hari Raya Galungan Pada Era Globalisasi” oleh I Nyoman Suka Ardiyasa, secara etimologi kata Galungan berasal dari bahasa Jawa Kuno yang berarti “menang” atau “bertarung”.Dia menuturkan secara umum, Hari Raya Galungan dimaknai sebagai hari kemenangan dharma melawan adharma yang diperingati dengan menghaturkan sujud bakti kehadapan Ida Sang Hyang Widi Wasa.
Namun, secara filosofi makna dari perayaan Galungan dapat dilihat dalam lontar Sundarigama yang berbunyi.”Budha Kliwon Dungulan Ngaran Galungan patitis ikang janyana samadhi, galang apadang maryakena sarwa byapaning idep”.Lanjut Pandi, berdasarkan terjemahan oleh Putu Sanjaya kutipan tersebut diartikan, Rabu Kliwon Dungulan namanya Galungan, arahkan bersatunya rohani supaya mendapatkan pandangan yang terang untuk melenyapkan segala kekacauan pikiran.
“Dari konsepsi lontar Sundarigama ini yang menjadi dasar Galungan sebagai perayaan atas kemenangan dharma melawan adharma. Sehingga, bisa disimpulkan Galungan merupakan perayaan untuk menyatukan kekuatan rohani agar mendapat pikiran dan pendirian yang terang,” jelasnya. (Alwan).