Tanggal 18 Desember 2025 menjadi penanda penting perjalanan Kabupaten Bombana yang genap berusia 22 tahun sejak resmi dimekarkan. Dua dekade lebih bukanlah waktu singkat. Ia adalah rentang sejarah yang memuat capaian, kegagalan, pembelajaran, sekaligus harapan baru bagi daerah yang dikenal kaya sumber daya alam dan keberagaman sosial ini.
Hari jadi bukan sekadar seremoni tahunan. Ia adalah momen refleksi kolektif: sejauh mana Bombana telah melangkah, dan ke mana arah pembangunan hendak dibawa ke depan.
Sejak dimekarkan pada 2003, Bombana tumbuh sebagai wilayah dengan potensi besar—pertanian, perkebunan, kelautan, hingga pertambangan. Namun seperti banyak daerah pemekaran lain, tantangan utamanya bukan hanya soal potensi, melainkan bagaimana mengelola potensi itu secara adil, berkelanjutan, dan berpihak pada rakyat.
Pembangunan infrastruktur, pelayanan dasar, dan tata kelola pemerintahan memang menunjukkan kemajuan. Namun kesenjangan antarwilayah, isu kemiskinan, pengangguran, serta konflik pengelolaan sumber daya masih menjadi pekerjaan rumah yang nyata.
Di bawah kepemimpinan Bupati Burhanuddin dan Wakil Bupati Ahmad Yani, masyarakat Bombana menaruh harapan besar akan lahirnya pemerintahan yang lebih responsif, bersih, dan berorientasi pada kesejahteraan rakyat.
Pasangan ini dihadapkan pada tantangan yang tidak ringan, antara lain (1) Menata ulang prioritas pembangunan agar tidak terjebak pada proyek simbolik, (2) Memastikan APBD benar-benar menyentuh kebutuhan dasar masyarakat, terutama di wilayah pedesaan dan kepulauan, dan (3) Membangun kepercayaan publik, di tengah tuntutan transparansi dan akuntabilitas yang semakin tinggi.
Kepemimpinan hari ini tidak cukup hanya kuat secara politik, tetapi harus kuat secara moral dan manajerial.
Memasuki usia ke-22, tantangan Bombana semakin kompleks. Beberapa isu strategis yang patut menjadi perhatian serius antara lain:
- Tata Kelola Sumber Daya Alam
Kekayaan alam Bombana harus dikelola dengan prinsip keberlanjutan. Konflik lahan, tambang ilegal, dan kerusakan lingkungan tidak boleh terus menjadi warisan bagi generasi mendatang. - Peningkatan Kualitas SDM
Pembangunan tidak akan bermakna tanpa investasi pada manusia. Pendidikan, kesehatan, dan pelatihan kerja harus menjadi fondasi utama. - Penguatan Ekonomi Lokal
UMKM, pertanian rakyat, dan sektor perikanan perlu didorong naik kelas, bukan hanya menjadi jargon dalam dokumen perencanaan. - Reformasi Birokrasi dan Pelayanan Publik
Masyarakat menuntut birokrasi yang cepat, bersih, dan melayani, bukan berbelit dan eksklusif.
Di usia yang ke-22 ini, harapan terbesar masyarakat bukanlah janji baru, melainkan konsistensi kepemimpinan. Bombana membutuhkan pemimpin yang:
- Mau mendengar kritik,
- Berani mengambil keputusan strategis,
- Dan menempatkan kepentingan rakyat di atas kepentingan kelompok.
Hari jadi ini semestinya menjadi titik tolak pembaruan semangat, bahwa Bombana tidak boleh berjalan di tempat, apalagi mundur.
Refleksi Hari Jadi Kabupaten Bombana ke-22 adalah pengingat bahwa pembangunan adalah proses panjang, bukan hasil instan. Kepemimpinan Burhanuddin–Ahmad Yani memegang peran kunci dalam menentukan arah sejarah Bombana ke depan: apakah sekadar bertahan sebagai daerah dengan potensi, atau benar-benar tumbuh menjadi daerah yang sejahtera dan berkeadilan.
Selamat Hari Jadi ke-22 Kabupaten Bombana.Semoga semakin dewasa dalam kebijakan, semakin bijak dalam kepemimpinan, dan semakin kuat dalam keberpihakan kepada rakyat. (red)
















