Oleh : Iva Fauziani, S.KM
“Mahasiswa Pascasarjana Promosi Kesehatan
UNIVERSITAS MEGAREZKY MAKASSAR“
Kendari,SastraNews.co.id – Hipertensi merupakan salah satu penyakit kardiovaskular yang paling umum dan paling banyak disandang masyarakat. Penyakit kardiovaskuler berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah dan hal tersebut merupakan masalah kesehatan utama di negara maju maupun negara berkembang dan menjadi penyebab kematian nomor satu di dunia setiap tahunnya (Kemenkes, 2019). Hipertensi merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan nilai tekanan darah sistolik >140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik >90 mmHg. Hipertensi disebut sebagai “The Silent Killer” atau “Pembunuh diam – diam” karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi jika tidak memeriksa tekanan darahnya dan sebagian besar kasus tidak menunjukkan gejala apapun. (Kemenkes, 2017). MenurutOrganisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2021 diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi, dengan sebagian besar (dua pertiga) tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah (Garcia et al., 2021) (Mills et al., 2020)
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan bahwa sekitar 1,13 Miliar orang di dunia mengidap penyakit hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia telah terdiagnosis hipertensi. Jumlah pengidap hipertensi akan terus meningkat setiap tahunnya dan diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi (Kemenkes, 2019). Prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Wilayah Afrika memiliki prevalensi hipertensi tertinggi sebesar 27 %, dan Asia Tenggara berada di posisi ke – 3 tertinggi dengan prevalensi sebesar 25 % terhadap total penduduk (Infodatin, 2019).
Di wilayah Propinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar menyebutkan bahwa pada tahun 2019 jumblah kasus Hipertensi sebanyak 13.579 penderita dan kasus tertinggi diantaranya kota Kendari 2.095 kasus . Penderita hipertensi yang terhitung di puskesmas Mekar selama tahun 2022 yaitu 1.410 orang penderita dan bulan januari sampai september tahun 2023 tercatat sebanyak 1.011 orang penderita. Penyakit hipertensi masuk dalam 10 besar kunjungan rawat jalan di Puskesmas mekar ,Kunjungan Penderita dengan hipertensi pada priode januari sampai september 2023 sebanyak 793 (68 %) kunjungan dengan setiap bulannya terdapat perubahan – perubahan yang signifikan. Dengan melihat angka kunjungan tersebut dapat dikatakan tingkat pengontrolan dan kepatuhan dalam pengobatan hipertensi masih rendah (Puskesmas Mekar Kota Kendari, 2023).
Salah satu faktor resiko yang menyebabkan tingginya angka prevalensi penyakit hipertensi adalah rendahnya tingkat kepatuhan pengobatan hipertensi. Prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,1% diketahui bahwa sebesar 8,8% telah terdiagnosis hipertensi dan sebanyak 13,3% orang yang terdiagnosis hipertensi tidak meminum obat serta sebanyak 32,3% tidak rutin dalam meminum obat. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar penderita hipertensi tidak mengetahui bahwa dirinya menderita hipertensi sehingga banyak dari penderita tidak mendapatkan pengobatan yang semestinya. Penderita hipertensi yang tidak minum obat dikarenakan antara lain penderita hipertensi sudah merasa sehat (59,8%), kunjungan ke fasilitas pelayanan kesehatan yang dilakukan tidak teratur (31,3%), minum obat tradisional atau herbal (14,5%), menggunakan terapi lain dalam pengobatan hipertensi (12,5%), penderita sering lupa minum obat (11,5%), penderita tidak mampu untuk membeli obat (8,1%), terdapat efek samping obat yang dikonsumsi (4,5%), dan obat hipertensi tidak tersedia di fasilitas pelayanan kesehatan (2%) (Kemenkes, 2019).
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan yang baik menyebabkan komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, diabetes, gagal ginjal dan kebutaan. Angka kejadian komplikasi yang paling banyak yaitu stroke sebanyak 51% dan penyakit jantung koroner sebanyak 45%. Kerusakan pada organ target diakibatkan komplikasi hipertensi akan tergantung pada tingginya tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan tidak diobati. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri perifer itu sendiri (Kemenkes, 2017). Berdasarkan catatan data dari Medical Record Puskesmas Mekar tahun 2022 terdapat Stroke 16 kasus dan penyakit jantung 31 kasus dimana salah satu penyebabnya yaitu penyakit hipertensi yang tidak mendapatkan pengobatan semestinya seperti tidak patuh dalam meminum obat.
Penyakit kronis seperti penyakit hipertensi harus mendapatkan pengobatan seumur hidup (Osamor, 2015). Kepatuhan dalam minum obat adalah syarat utama untuk tercapainya keberhasilan suatu pengobatan, pengobatan hipertensi memiliki tujuan untuk mengendalikan dan mengontrol tekanan darah supaya tetap dalam kondisi stabil dan mencegah terjadinya komplikasi akibat hipertensi (Purnawinadi & Lintang, 2020). Kepatuhan pengobatan hipertensi merupakan hal yang penting karena hipertensi merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan tetapi harus selalu dikontrol atau dikendalikan agar tidak terjadi komplikasi yang dapat berujung pada kematian. Obat – obat antihipertensi yang ada saat ini telah terbukti dapat mengontrol tekanan darah pada penderita hipertensi dan sangat berperan dalam menurunkan risiko berkembangnya komplikasi kardiovaskuler. Pengguna obat antihipertensi terbukti tidak cukup untuk menghasilkan efek pengontrolan tekanan darah jangka panjang apabila tidak didukung dengan kepatuhan dalam pengobatannya (Mangendai, Rompas, & Hamel, 2017).
Kepatuhan (adherence) merupakan suatu bentuk perilaku disebabkan karena adanya interaksi antara petugas kesehatan dan penderita sehingga penderita memahami rencana yang telah didiskusikan, mengerti segala konsekwensi dan menyetujui dan menerapkan rencana tersebut (Kemenkes, 2011). Kepatuhan merupakan suatu perilaku mentaati saran-saran tenaga kesehatan atau prosedur dari tenaga kesehatan tentang penggunaan obat, yang sebelumnya didahului oleh proses konsultasi antara penderita (keluarga penderita sebagai orang kunci dalam kehidupan penderita) dengan penyedia jasa medis (Pratita, 2012). Kepatuhan dipengaruhi oleh pengetahuan yang akan menimbulkan rasa percaya diri, sikap dan prilaku seseorang. Ketidakpatuhan disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan pengetahuan. Pengetahuan yang baik mengenai pengobatan akan menjadikan prilaku pengobatan yang baik dan sebaliknya pengetahuan yang kurang dapat menyebabkan prilaku pengobatan yang kurang baik pula (Rilla, 2018).
Terapi farmakologis merupakan faktor utama dalam penurunan morbiditas dan mortalitas dalam menangani penyakit hipertensi karena dapat membantu menurunkan kejadian stroke sebesar 30 – 40 %, kejadian infark miokard sebesar 20 -25 %, dan kejadian gagal jantung kongestif lebih dari 50 % (Yudanari, 2015). Setiap tahunnya, ketidakpatuhan dalam pengobatan menyebabkan sekitar 125.000 mengalami kematian dari penyakit kardiovaskular. Sebanyak 37,1% dari 76,1% angka kejadian penyakit hipertensi di Indonesia disebabkan oleh ketidakpatuhan dalam meminum obat sehingga mengakibatkan tingkat keberhasilan dalam menurunkan jumlah kematian penderita hipertensi sangatlah rendah. Kepatuhan penderita terhadap pengobatan antihipertensi dipengaruhi oleh banyak faktor, termasuk karakteristik sosiodemografi (misalnya, usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, asuransi kesehatan), gejala kesehatan (misalnya, kecemasan, depresi, gangguan tidur) dan literasi kesehatan (Lor, Koleck, Bakken, Yoon, & Navarra, 2019).
Menuerut Jones, literasi kesehatan merupakan sejauh mana individu dapat memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan layanan yang mereka butuhkan untuk membuat keputusan yang tepat untuk kesehatan mereka (Soemitro, 2014). Literasi kesehatan adalah kombinasi dari informasi yang dibutuhkan, motivasi dan kompetensi diperlukan untuk mengakses, memahami, mengevaluasi, dan menggunakan informasi kesehatan untuk membuat keputusan kesehatan atau membuat penilaian (Kilic & Dag, 2020). Literasi kesehatan merupakan salah satu determinan utama kemampuan seseorang untuk mencapai kesehatan yang optimal. Tenaga kesehatan dimana salah satunya promosi kesehatan yang memiliki peran dalam meningkatkan literasi kesehatan seseorang dengan cara memberikan edukasi atau promosi untuk meningkatkan pemahaman, pemprosesan informasi yang baik sehingga tercapainya keoptimalan kesehatan (Syriyanah, 2019)
Beberapa penelitian menjelaskan bahwa literasi kesehatan penting dalam pengelolaan penyakit kronis dikarenakan literasi kesehatan merupakan hal yang mendasari pengetahuan kesehatan yang baik dan berpengaruh pada prilaku penderita dalam menjalani pengobatan (Adrus dan Roth, 2002). Individu dengan tingkat literasi kesehatan yang rendah lebih sering mendapatkan perawatan di rumah sakit karena memiliki level yang rendah terhadap kepatuhan dalam pengobatan dan kurang dalam memanajemen penyakit kronis dengan baik sehingga dapat meningkatkan mortalitas, sedangkan penderita hipertensi dengan kadar literasi kesehatan yang baik dapat memanajemen penyakit mereka atau memiliki self-care yang baik (Kilic & Dag, 2020).
Berdasarkan penelitian Kilic & Dag (2020) menunjukkan bahwa kepatuhan pengobatan pada penderita hipertensi meningkat dengan meningkatnya tingkat literasi kesehatan. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan oleh Lor et al. (2019) bahwa literasi kesehatan yang tinggi akan meningkatkan kepatuhan terhadap pengobatan yang lebih baik. Meskipun demikian, hal ini tidak sependapat dengan penelitian Sawkin et al. (2015) bahwa menunjukkan tingkat literasi kesehatan penderita tidak secara signifikan memiliki hubungan dengan kepatuhan pengobatan hipertensi. Literasi kesehatan masih menjadi hal kontrakdiktif terhadap kepatuhan pengobatan. Disamping itu, masih terbatasnya penelitian yang mengevaluasi hubungan antara literasi kesehatan dengan kepatuhan pengobatan pada penderita hipertensi. Dari berbagai penjabaran tersebut, maka peneliti mempunyai ketertarikan untuk melakukan penelitian dengan judul : “Hubungan Literasi Kesehatan dengan Kepatuhan Pengobatan Pada Pasien Hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Mekar Kota Kendari Tahun 2023. (***)